Mungkin paling terkenal sebagai rumah bagi Everything But the Bagel Seasoning, Trader Joe's memiliki reputasi sebagai pengecer yang sering dikunjungi ketika mencari pisang murah seharga 19 sen, bisque wortel-jahe yang lezat, atau es krim ube. Dengan budaya tiki yang santai, pilihan bahan makanan pokok berkualitas tinggi, dan produk unik yang tidak tersedia di tempat lain, tidak mengherankan Trader Joe's menjadi semacam fenomena budaya. Namun, rahasia kesuksesan perusahaan tidak terletak pada skema pemasaran yang rumit, tetapi pada kepercayaan diri terhadap mereknya sendiri.
Iklan
Terakhir kali Anda berada di Trader Joe's, merek apa yang Anda lihat di rak? Jika Anda melihat kurangnya produk Kraft, Mars, dan Pepsi, itu karena Trader Joe's tidak menjualnya. Daripada membayar mahal untuk menyimpan merek terkenal, Trader Joe's berinvestasi pada merek dagang pribadinya sendiri. Kembali pada tahun 1977 — sekitar waktu fokusnya beralih ke makanan — ini adalah langkah yang sangat berisiko. Pada saat itu, merek dagang pribadi terutama dipandang sebagai cara bagi toko untuk bersaing dengan merek nasional dengan menawarkan versi barang populer yang lebih murah dan berkualitas rendah.
Namun, Trader Joe's mendobrak batasan tersebut dengan mencari produk-produk yang tidak biasa, buatan tangan, dan sadar kesehatan untuk ditempatkan di bawah labelnya. Alih-alih menawarkan versi yang dimiliki orang lain, perusahaan itu menawarkan produk-produk yang tidak tersedia di tempat lain.
Iklan
Trader Joe's — menawarkan produk berkualitas tinggi dengan harga lebih murah
Strategi Trader Joe tidak hanya mengutamakan merek toko mereka daripada merek nasional, tetapi juga menghindari praktik pemasaran tradisional. Daripada menggelontorkan dana untuk kampanye pemasaran yang mahal, dukungan selebriti, dan penempatan produk, mereka mengandalkan pemasaran minimal dan rekomendasi dari pelanggan yang puas. Itulah sebabnya segala sesuatu tentang Trader Joe — mulai dari suasana santai hingga kurangnya kasir mandiri — dirancang untuk membantu pelanggan merasa santai dan terlibat.
Iklan
Meskipun strategi pemasaran yang cerdas ini menghasilkan penghematan biaya yang signifikan, Trader Joe's menggunakan berbagai strategi untuk menghemat uang. Misalnya, tokonya jauh lebih kecil, dengan pilihan produk yang kurang beragam dibandingkan pesaing. Toko swalayan besar yang menjual jutaan produk sangat mahal untuk persediaan dan perawatannya. Dengan menyediakan tempat yang lebih kecil dengan hanya beberapa ribu produk, Trader Joe's menjaga biaya overhead tetap rendah sambil menyediakan pengalaman berbelanja di kota kecil.
Pengurangan biaya overhead dan biaya iklan berarti Trader Joe's dapat mengalokasikan lebih banyak pendapatan untuk produknya, sehingga memungkinkannya untuk menciptakan reputasi sebagai penjual makanan berkualitas tinggi. Selain itu, karena tidak perlu menutup biaya pemasaran atau iklan, perusahaan juga dapat menjual produknya dengan harga yang lebih rendah. Hal ini menguntungkan pelanggan, yang memberikan pemasaran dari mulut ke mulut yang positif, yang meningkatkan basis pelanggan Trader Joe's.
Iklan
Alasan di balik pemilihan produk Trader Joe yang tidak konvensional
Dari pretzel berlapis permen mocha latte hingga pasta miso yuzu dan kubis brussel kung pao, Trader Joe's tentu saja memiliki banyak barang unik. Dengan menempatkan pilihan menarik ini di antara produk yang lebih ditunggu di raknya, Trader Joe's mendorong pelanggan untuk berlama-lama dan menjelajah. Barang musiman yang dijual terbatas seperti ravioli labu panggang madu juga menarik lebih banyak orang ke toko, menghasilkan penjualan volume yang lebih besar meskipun harga per itemnya lebih rendah.
Iklan
Menarik minat pelanggan hanyalah salah satu alasan Trader Joe's berinvestasi dalam produk-produk yang tidak biasa. Pada tahun 1970-an, ketika perusahaan mengembangkan merek dagang pribadinya, mereka memutuskan bahwa kualitas lebih penting daripada kuantitas akan menjadi salah satu cara untuk menonjol dari yang lain.
Dalam episode podcast “In Case You Missed It” tahun 2023, VP pemasaran Trader Joe's Matt Sloan dan direktur pemasaran Tara Miller membahas secara singkat produk apa saja yang tidak akan pernah sampai ke pasaran, termasuk pewarna, perasa, dan MSG buatan. Hingga baru-baru ini, bahan tambahan ini sangat sulit dihindari dalam produk yang tahan lama di pasaran. Itu berarti Trader Joe's harus mencari opsi dan vendor di luar pasar umum untuk mengisi rak-raknya. Kreativitas dan tekad ini membuahkan hasil dalam bentuk pilihan produk yang beragam dan unik yang menjadi ciri khas Trader Joe's saat ini.
Iklan