Jika Anda memandangi beragam daging, keju, dan makanan ringan sambil bertanya-tanya apakah harus menyebutnya antipasto atau charcuterie, Anda tidak sendirian. Kedua papan klasik ini terlihat serupa, keduanya mengundang Anda untuk mencicipi berbagai rasa, mulai dari daging yang diawetkan hingga keju yang mewah. Meskipun keduanya memiliki beberapa komponen yang disukai banyak orang, charcuterie dan antipasto masing-masing memiliki asal, gaya, dan tradisi yang berbeda.
Saat ini, “charcuterie” telah menjadi istilah umum untuk semua makanan ringan yang penuh dengan daging, keju, dan berbagai camilan. Namun secara tradisional, hal itu tidak terjadi. Papan Charcuterie berakar pada praktik kuliner Prancis, dan antipasto adalah makanan khas Italia sebelum makan. Charcuterie berfokus pada daging yang diawetkan, dengan item lain sebagai tambahan yang kurang penting, sementara antipasto menyajikan daging dan keju bersama dengan sayuran yang diasinkan, zaitun, dan roti artisanal. Tradisi charcuterie dan antipasto telah ada selama berabad-abad, masing-masing menghadirkan cita rasa unik dan sejarah kuliner yang kaya ke dalam seni berbagi makanan kecil.
Charcuterie berfokus pada daging yang diawetkan
Charcuterie, istilah Perancis yang berarti “daging matang” (dari char, atau “daging”, dan cuite, “dimasak”), berasal dari abad ke-15, ketika undang-undang ketat melarang pencampuran daging mentah dan daging matang. Charcutier (penjual daging) Perancis mengkhususkan diri dalam menyiapkan dan mengawetkan daging matang, menciptakan tradisi charcuterie yang kita kenal sekarang. Secara tradisional, charcuterie berfokus pada rangkaian daging yang diawetkan seperti ham, pâté, bacon, dan sosis, terkadang disertai dengan sedikit roti atau keju untuk melengkapi rasanya. Namun penekanannya tetap pada menampilkan daging, yang diolah melalui proses pengasapan, pengasapan, atau pengeringan.
Papan charcuterie saat ini telah berkembang jauh melampaui pendekatan tradisional Prancis. Meskipun daging yang diawetkan sering kali menjadi sorotan, papan modern dapat berisi berbagai macam keju, buah-buahan, kacang-kacangan, dan bahkan manisan, yang menambah warna dan tekstur cerah. Merakit papan charcuterie yang menakjubkan telah menjadi suatu bentuk seni, dengan para penggemarnya yang dengan antusias menukar bahan-bahan charcuterie yang membosankan dengan bahan pengganti yang ahli — misalnya acar sayuran, keju buatan tangan, atau madu lokal.
Antipasto lebih beragam
Dalam banyak hal, apa yang kami sebut charcuterie lebih mirip piring antipasto Italia. Antipasto, yang berarti “sebelum makan” dalam bahasa Italia (antipasti adalah bentuk jamak), memiliki akar yang berasal dari Roma kuno, di mana ia dibawa untuk merangsang nafsu makan sebelum hidangan utama. Tidak seperti charcuterie, yang berpusat pada daging yang diawetkan, piring antipasto menggabungkan lebih banyak variasi rasa dan tekstur, termasuk daging Italia seperti capicola dan prosciutto, dan bahkan mungkin salami bersama keju, zaitun, dan sayuran yang diasinkan. Ada variasi regional di seluruh Italia, dengan piring-piring antipasto didasarkan pada makanan khas setempat. Di daerah pesisir, makanan laut sering kali muncul, sementara daerah lain mungkin menonjolkan keju, daging, atau sayuran khas. Roti pun seringkali menjadi makanan khas di berbagai daerah. Misalnya, Italia Tengah sering kali menyajikan crostini, roti panggang kecil berbentuk bulat yang ditaburi olesan gurih.
Dengan bahan-bahan seperti roti artisanal, buah-buahan segar, dan kacang-kacangan, ia menawarkan beragam rasa yang menarik. Ini adalah gaya makan yang tetap populer baik di restoran Italia maupun di rumah. Karena hidangan ini biasanya disajikan pada suhu ruangan, yang menonjolkan rasa dari setiap bahannya, hidangan ini mudah dan nyaman untuk ditawarkan kepada para tamu. Bagi mereka yang mencari hidangan pembuka lezat tanpa dimasak, antipasto — atau charcuterie, jika Anda mau — adalah pilihan yang fantastis. Mudah untuk dirakit namun penuh dengan variasi yang lezat.