Mengapa Hawaii Dikenal Dengan Poke Bowl

Dari hot dog hingga enchilada, hidangan daerah di AS memiliki beragam bentuk. Namun, hanya sedikit yang menghadirkan pop warna-warni yang cerah seperti poke. Kebanyakan orang mengasosiasikan makanan ini dengan makanan laut – terutama tuna, yang merupakan pilihan populer. Namanya sendiri diterjemahkan menjadi “potongan” dalam bahasa Hawaii, yang berarti makanan tersebut hanya berupa bahan makanan cincang yang dimasukkan ke dalam bumbu perendam.

Jadi, pergilah ke toko kelontong atau restoran di nusantara, dan Anda akan menemukan poke dalam berbagai bentuk yang memusingkan. Ada pipikaula yang terbuat dari daging sapi kering, gurita yang disebut tako, udang, salmon, serta rumput laut ahi limu, semuanya direndam dalam bumbu yang beraroma. Biasanya, makanan disiapkan di konter dan dijual berdasarkan beratnya, disertai dengan nasi untuk membuat makanan. Kualitas seperti itu menjadikannya makanan yang sangat berbeda dari mangkuk poke salmon alpukat berwarna-warni yang akan Anda temukan di negara bagian yang berdekatan. Tidak ada banyak sayuran dan bumbu; Poke ala Hawaii justru mengutamakan protein yang diasinkan.

Ternyata poke bowl yang terkenal di Hawaii telah berubah drastis dari asalnya. Awalnya dinikmati sebagai hidangan oleh para nelayan, hidangan ini kemudian menyerap berbagai pengaruh — terutama dari Jepang dan Korea. Selama tahun 2010-an, gaya makanan ini menjadi trendi di tempat lain di AS, dan berubah menjadi bentuk mangkuk yang dapat disesuaikan dan umum.

Poke Hawaii memadukan pengaruh selama berabad-abad

Sama seperti ceviche, akar poke terletak pada masakan asli yang dibuat oleh para nelayan. Hidangan ini muncul setiap kali orang Hawaii membawa ikan dari karang. Mereka mengonsumsi hewan tersebut dalam keadaan segar, terkadang langsung dengan jari, sambil menambahkan bumbu seperti garam laut, rumput laut yang disebut limu, serta kemiri panggang. Meskipun mereka juga mengurangi proteinnya; sebuah praktik yang dinikmati sebagai lelucon selama berabad-abad.

Kedatangan imigran Jepang pada abad ke-19 menggeser protein pilihan ke tuna ahi, yang tetap menjadi tuna terbaik untuk disantap. Bumbu seperti kecap, wasabi, dan minyak wijen juga dilebur di Jepang sehingga memengaruhi bumbu poke. Kedatangan orang Korea kemudian juga membawa bahan-bahan seperti kimchi, yang tetap menjadi topping poke yang umum. Pada abad ke-20, berbagai kelompok yang melewati Hawaii meninggalkan pengaruhnya terhadap hidangan tersebut. Dari poke ala Portugis dengan cod kering hingga salmon yang dibawa dari Amerika Utara, definisi poke semakin luas.

Baru pada tahun 1970-an poke menjadi umum dinikmati di Hawaii. Dilengkapi dengan bumbu perendam aromatik yang mencakup berbagai protein, sangat cocok untuk dibawa pulang. Disajikan dari wadah plastik, merupakan sajian penuh cita rasa namun tetap mengedepankan kenyamanan. Pada abad ke-21, pola seperti itu menyebar ke Asia Timur dan Amerika Serikat. Jadi, dengan bakat Polinesia yang menarik, mangkuk poke Hawaii menjadi barang ekspor yang terkenal.